Setelah mengalami keterpurukan ekonomi pada tahun 1999, ketika militer Indonesia dan milisi-milisi bersenjata pro-integrasinya melakukan pembunuhan dan pembakaran massal di Timor Leste, meninngalkan Timor Leste kembali ke EKONOMI ZERO dan serta membuat Timor Leste menjadi kota mati dan hangus terbakar seperti abu. Rumah rakyat, binatang peliharaan rakyat, bangunan yang mereka klaim telah mereka bangun, sekolah–sekolah dan fasilitas umum dibakar oleh TNI dan milisi–milisi bersenjata bentukan TNI.
Mereka memaksa rakyat untuk mengungsi ke Timor Barat agar seolah–olah mengatakan kepada dunia Internasional bahwa telah terjadi perang saudara lagi, padahal TNI dan milisi-milisi integrasinya yang menjarah harta rakyat kecil dan membawanya ke Timor Barat, bukan saja itu para milisi-milisi tersebut dan tuan–tuanya juga ikut serta mencuri dan membawa kendaraan-kendaraan PBB ke Timor Barat.
Timor Leste ditinggalkan dalam keadaan gelap gulita, rumah semua rakyat dibakar dan dihanguskan hingga rata dengan tanah. Fasilitas umum dan perkantoran yang Indonesia bangun selama 24 tahun dihancurkan semua termasuk yang bukan mereka bangun.
Meninggalkan Timor Leste seperti kota hantu.
Tapi sampai hari ini banyak kalangan di Indonesia yang mengatakan mereka telah membangun Timor Leste tapi KENYATAAN-nya tidak demikian, mereka kebanyakan seperti kompor meledak dan berlomba-lomba mengatakan telah membangun Timor-Timur padahal mereka hancurkan semu ayang telah mereka bangun selama 24 tahun, dan meninggalkan Timor-Timur pada tahun 1999 dalam keadaan RUSAK SANGAT PARAH. Banyak rakyat Indonesia yang tidak tahu akan hal ini, karena mereka juga dibohongi, ditutup-tutupi dan iku-ikutan tidak syka kepada Timor Leste, tapi mereka hanya tidak tahu dan kurang informasi, jikalau mereka tahu yang sebenarnya saya YAKIN mereka pasti mendukung Timor Leste, tapi biarkan saja waktu yang akan bercerita dan biarkan saja kebenaran–kebenaran pasti suatu sast akan muncul ke permukaan dan semua orang akan tahu.
Memasuki tahun 2000, rakyat Timor Leste mulai bangkit dan menata kembali hidup mereka, PERLAHAN–LAHAN TAPI PASTI mulai membenahi diri. Pembangkit listrik dipasang lagi oleh PBB dan fasilitas umum disediakanlagi, dimana sampai detik ini Pendidikan dan Kesehatan digratiskan untuk semua rakyat Timor Leste. Ekonomi Timor Leste yang pada tahun 1999 ZERO kini mulai tumbuh lagi.
Lepasnya Timor-timur dari Indonesia tidak lepas dari dukungan politik Australia. Setelah pada awalnya menyatakan dukungan atas keutuhan Indonesia, 8 Februari 1999 Australia secara tegas mengusulkan lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Selanjutnya Australia terlibat secara aktif, baik melalui opini maupun militer, dalam upaya 'melepaskan' Timor Timur dari Indonesia. Selama berbulan-bulan sebelum jajak pendapat di Timtim, pasukan-pasukan intelijen dan helikopter-helikopter Australia mondar-mandir masuk ke wilayah Indonesia, bahkan sampai masuk ke kawasan Maluku Tenggara.
Intervensi asing memang harus senantiasa kita waspadai.
Akan tetapi, ada persoalan penting yang harus kita renungi bersama, Mengapa intervansi asing tersebut bisa berhasil? Mengapa Timor Timur bisa lepas? Mengapa penyelesaian Aceh sekarang ini banyak didominasi oleh asing? Jawabannya, karena kita membiarkan faktor-faktor intervensi asing yang menyebabkan disintegrasi Indonesia itu tumbuh subur, antara lain:
Pertama: tidak terpenuhinya hak-hak dasar rakyat seperti kesejahteraan, keadilan, keamanan, pendidikan, dan kesehatan. Apa yang terjadi di Papua sekarang ini merupakan bukti nyata. Daerah yang dikenal sebagai pusat tambang emas yang besar di Dunia ini ternyata rakyatnya hidup dalam kemiskinan.
Kita tentu masih ingat busung lapar yang terjadi di Papua. Belum lagi minimnya sarana pendidikan, kesehatan, maupun transportasi di sana. Perkara inilah yang membuat saudara-saudara kita di Papua tertarik dengan ide kemerdekaan.
Kedua: lemahnya kesadaran politik masyarakat. Ide-ide disintegrasi yang dimainkan oleh asing gampang diterima masyarakat, padahal disintegrasi merupakan alat permainan negara-negara kapitalis penjajah. Yang diuntungkan dari disintegrasi adalah negara-negara penjajah. Karena itu, meminta bantuan kepada negara-negara kapitalis penjajah sesungguhnya bukanlah solusi, tetapi justru akan menimbulkan penderitaan baru.
By: Andika Silalahi
Posting Komentar
Posting Komentar